MataParlemen.id–Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir memimpin Apel Penyambutan sekaligus Pelepasan Kepala Daerah Peserta Retret Gelombang II di Plaza Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Minggu (22/6/2025).
Dari kantor Kemendagri, para peserta menggunakan Kereta Cepat Whoosh menuju Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sebagai lokasi retret.
Setiba di kampus IPDN Jatinangor, para peserta Retret Kepala Daerah Gelombang II disambut Wakil Menteri Dalama Negeri (Wamendagri) Bima Arta Sugiarto.
Penyambutan tersebut ditandai dengan pengalungan bunga secara simbolis kepada tiga perwakilan kepala daerah, yakni Gubernur Bali I Wayan Koster, Wali Kota Sabang Zulkifli H. Adam, dan Bupati Magetan Nanik Endang Rusminiarti.
Kedatangan peserta yang merupakan kepala daerah dan wakil kepala daerah itu turut diiringi Defile Drumband Gita Abdi Praja IPDN.
Selain Bima, para peserta juga disambut oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Sugeng Hariyono, Rektor IPDN Halilul Khairi, beserta jajaran pejabat terkait lainnya.
Selanjutnya, secara serempak, para peserta dipandu menuju Lapangan Parade IPDN. Di lokasi ini, mereka mengikuti pelaksanaan Apel Penerimaan Kegiatan Retret Kepala Daerah Gelombang II yang dipimpin oleh Wamendagri Bima.
Dalam amanatnya, Bima menyampaikan bahwa praja IPDN merupakan pembantu kepala daerah dalam melayani rakyat.
Untuk itu, kata dia, Kemendagri dengan bangga menjadikan Kampus IPDN sebagai lokasi Retret Kepala Daerah Gelombang II, sejalan dengan semangat melayani tersebut.
“Selama mengabdi, menjalankan tugas sebagai kepala daerah, tidak ada hal lain selain mengabdikan diri untuk melayani warga, [terutama] bagi Bapak-Ibu semua kepala daerah,” imbuhnya.
Bima menjelaskan, di Kampus IPDN keberagaman adalah sebuah keniscayaan. Pasalnya, putra-putri terbaik dari seluruh penjuru Nusantara dididik dan ditempa menjadi pelayan masyarakat.
Mereka tidak dibedakan berdasarkan suku, ras, maupun etnis. Sebaliknya, semua nilai pembelajaran berada dalam koridor Bhinneka Tunggal Ika.
“Kami ingin agar Bapak Gubernur, Wakil Gubernur, Wali Kota, Wakil Wali Kota, Bupati, dan Wakil Bupati peserta retret semakin kuat kebersamaan dalam keberagaman. Semakin bangga menjadi bagian dari pelayan Nusantara,” sambung Bima.
Seperti pada pelaksanaan Retret Kepala Daerah Gelombang I, kegiatan ini didesain agar para kepala daerah beserta wakilnya memahami tugas pokok dan fungsinya.
Selain itu, diharapkan mereka juga memahami gagasan besar Presiden RI dalam mengakselerasikan Asta Cita.
“Kami berharap hari-hari yang ada di sini menambah kekompakan kepala daerah dan wakilnya. Hari-hari dan yang ada di sini semua merasakan kebersamaan yang kuat antara kepala daerah dan wakilnya,” tandas Bima.
Mendisiplinkan Diri
Sementara itu, pada saat Pelepasan Kepala Daerah Peserta Retret Gelombang II di Plaza Kantor Pusat Kemendagri, Sekjen Kemendagri Tomsi Thohir mengatakan, kegiatan orientasi atau retret kepala daerah bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga sarana untuk mendisiplinkan diri.
Selama kegiatan, para kepala daerah akan mengurus kebutuhan pribadinya secara mandiri sebagai bagian dari latihan disiplin kerja.
“Biasa sehari-hari ada yang nemenin, ada yang setrika, bersih-bersih sepatu, sekarang ngurus sendiri, sama seperti dulu lagi. Kemudian dimulai yang biasa bangun siang, sekarang bangun pagi. Olahraga biar sehat, itu juga untuk melatih supaya kita biasa rapat pagi. Kemudian dilanjutkan dengan materi,” katanya.
Tomsi menjelaskan, materi retret akan mencakup tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kepala daerah, regulasi yang berlaku, serta kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan nasional.
Selain itu, kegiatan ini menjadi kesempatan bagi para kepala daerah untuk saling mengenal dan bertukar informasi terkait daerah masing-masing.
“Diharapkan dapat menjadi suatu tim yang baik. Dan dalam pelaksanaannya bisa saling membantu untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berprinsip good governance. Dan tentunya kita ketahui bersama bahwa setiap kabupaten itu tidak bisa berdiri sendiri,” ujarnya.
Ia menambahkan, setiap daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lainnya, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Misalnya, dalam program pengendalian inflasi, kerja sama antardaerah penting ketika ada komoditas yang mengalami lonjakan harga.
“Kalau di sini ada cabai banyak, di sini cabai mahal, iya kan? Ini bisa saling berhubungan. Kenapa? Kita melayani masyarakat supaya masyarakat kita mendapatkan sembako dengan harga yang murah, dengan harga yang terjangkau,” tambahnya.
Lebih lanjut, Tomsi berpesan bahwa retret ini juga menyentuh aspek nasionalisme. Setiap daerah perlu mengedepankan kepentingan nasional di atas kepentingan daerahnya sendiri.
Pemahaman ini penting agar Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh dan dapat maju bersama. “Ini juga tentunya harus dapat dipahami dengan sebaik-baiknya,” tandasnya. (*)


