MataParlemen.id-Mantan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) kembali menerbitkan tiga buku baru bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-63 tahun. Buku tersebut, menambah daftar panjang karyanya menjadi 37 judul buku.
Hal itu sekaligus menegaskan posisinya bukan hanya sebagai politisi kawakan, tetapi juga seorang intelektual yang konsisten merekam gagasan dan menjawab tantangan zaman.
“Bagi saya, ulang tahun bukan hanya soal usia yang bertambah. Ia harus jadi pengingat tanggung jawab. Karena itu, saya meluncurkan tiga buku yang merekam gagasan, pengalaman, sekaligus refleksi perjalanan kebangsaan. Saya percaya, warisan terbaik bukan jabatan atau kekuasaan, melainkan ide dan karya,” ujar Bamsoet saat soft launching tiga buku karyanya secara sederhana di Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Launching dilakukan di Rumah Pelayanan Bantuan Hukum Gratis Bagi Masyarakat Tidak Mampu ‘Patiunus 75’ Kebayoran Baru Jakarta.
Buku pertama berjudul ‘Amendemen ke-5 Konstitusi: Menata Ulang Sistem Ketatanegaraan.’ Di dalamnya, menekankan pentingnya pembaruan konstitusi di tengah perubahan zaman.
Usulan amendemen bukan untuk memperkuat lembaga tertentu, melainkan menyempurnakan arsitektur ketatanegaraan.
“Konstitusi harus hidup, lentur, dan terbuka terhadap perubahan. Kita butuh Mahkamah Etika Nasional, revisi Pasal 33 UUD agar sesuai era digital, serta Pokok-Pokok Haluan Negara sebagai kompas pembangunan. Ini bukan soal kekuasaan, tapi arah bangsa,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan, buku kedua berjudul ‘Politik, Pers, dan Jejak Langkah Kebangsaan: Catatan Personal dalam Arus Perubahan’.
Isinya merekam perjalanan Bamsoet dari dunia jurnalisme hingga menempati kursi puncak parlemen. Ia mengaku tidak pernah membayangkan suatu hari duduk di Senayan, apalagi memimpin DPR dan MPR.
“Saya berasal dari dunia pers. Buku ini adalah catatan jujur tentang bagaimana idealisme ditempa realitas. Generasi muda jangan hanya marah pada sistem, tetapi pahami dulu bagaimana demokrasi bekerja dari dalam,” urai Bamsoet.
Dosen tetap Program Pascasarjana Universitas Pertahanan, Universitas Borobudur dan Universitas Jayabaya ini menambahkan, buku ketiga bertajuk ‘Evaluasi Kritis Pemilihan Umum Langsung: Nomor Piro, Wani Piro-Revitalisasi Ketetapan MPR’.
Buku ini lahir dari tesis Magister Hukum yang ditulis Bamsoet di Universitas Jayabaya. Sebagai politisi sekaligus akademisi, ia mengajukan kritik terhadap praktik Pemilu langsung yang dinilainya kerap mahal dan sarat politik uang.
“Demokrasi kita tidak boleh terjebak prosedur semata. Pemilu langsung sering kali menghasilkan biaya tinggi, politik transaksional, bahkan pemimpin tanpa kapabilitas. Karena itu saya menawarkan gagasan revitalisasi Tap MPR sebagai landasan strategis menjaga stabilitas politik,” jelasnya.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia ini menegaskan, di usianya ke-63 tahun, ia tidak ingin berhenti berkarya. Aktivitas menulis bagi Bamsoet adalah perpanjangan dari kerja politik, sosial, dan bisnis yang dijalaninya.
“Buku adalah cara saya berdialog dengan masyarakat luas. Saya ingin gagasan ini tidak berhenti di ruang rapat, tetapi bisa dibaca, dikritisi, dan diperdebatkan oleh siapa pun. Semoga tiga buku ini dapat memberi inspirasi dan pijakan bagi generasi mendatang,” pungkas Bamsoet. (*)


